Friday 31 March 2017

PEMBUATAN PETA KONTUR DENGAN GLOBAL MAPPER DAN ARCGIS

Kontur merupakan garis khayal yang menghubungkan lokasi - lokasi yang memiliki ketinggian yang sama. Pada awalnya, pembuatan peta kontur ini dibuat hanya dengan mengandalkan data survei lapangan, tetapi Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang penginderaan jauh (PJ) pembuatan peta kontur semakin mudah dengan bantuan foto udara maupun citra satelit, seperti citra SRTM dan ASTER.

SRTM merupakan kepanjangan dari Shuttle Radar Topography Mission, adalah proyek internasional dari National Aeronautics and Space Administration (NASA), National Imagery and Mapping Agency (NIMA) dari Amerika Serikat, Jerman Aerospace Center (DLR) dan Italian Space Agency (ASI) . Tujuannya adalah untuk memperoleh basis resolusi tinggi data topografi digital yang paling lengkap dari Bumi. Sementara ASTER adalah kepanjangan dari Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer merupakan instrumen pencitraan Terra, satelit unggulan dari NASA Earth Observing System (EOS) yang diluncurkan pada18 Desember 1999 di Vandenberg Air Force Base, California, USA. ASTER merupakan hasil kerjasama antara NASA, Japan’s Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), dan Japan Space Systems  (J-pacesystems).

Setelah sekilas pandang mengenai kontur dan citra satelit disampaikan pada bagian sebelumnya, penulis akan langsung masuk kedalam pokok bahasan dalam artikel ini, yakni : Pembuatan Peta Kontur dengan Global Mapper dan ArcGIS. Tool yang harus ada pembuatan peta tersebut, terdiri dari :
a). Software ArcGIS
b). Software Global Mapper
c). Citra Satelit ASTER atau SRTM

Pada kesempatan ini, citra yang akan digunakan untuk pembuatan kontur adalah citra SRTM resolusi 90 m (catatan : cara pembuatan kontur dengan SRTM maupun ASTER prinsipnya adalah sama).


PEMBUATAN PETA KONTUR DENGAN MENGGUNAKAN GLOBAL MAPPER
Tahapan pembuatan peta kontur dengan Global Mapper adalah :
1. Buka Software Global Mapper yang sudah terinstal
2. Buka citra SRTM yang wilayah nya akan anda buat kontur nya, dengan cara klik Open Your Own Data File 



3. Generate Contour
Setelah data citra terbuka, maka anda bisa langsung menggenarate kontur dengan cara Analysis - Generate Contours 


Jika tahapan tersebut sudah anda lalui, maka akan ada menu dengan pilihan berikut :


Pada tab Contour Options, terdapat beberapa data yang harus anda sesuaikan, diantaranya:
  • Pada Contour Interval isi angka interval kontur yang anda perlukan dan masukan pilihan satuan ketinggian tempat yang anda perlukan, bisa dalam satuan meter dan feet. Informasi : Satuan ketinggian tempat di Indonesia biasanya menggunakan meter. 

Pada tab Simplication, anda bisa mengatur tingkat ketelitian kontur yang akan anda hasilkan. Semakin kecil angka simplicatioan, maka kontur nya akan semakin teliti tetapi data nya akan semakin besar. Namun jika angka simplication semakin besar maka ketelitian kontur nya akan semakin rendah, dan ukuran file nya pun kecil (bisa diatur sesuai kebutuhan).

Pada tab Contour Bond, anda bisa mengatur luasan wilayah yang akan anda buat kontur nya. Ada 7 pilihan untuk mengatur luas wilayah yang akan dibuat kontur nya, tiga diantaranya yakni :
  • All Loaded Data, artinya seluruh citra SRTM yang ditampilkan akan dibuat konturnya
  • All Data Visible On Screen, yakni dengan membuat draw box wilayah yang akan kita buat konturnya
  • Lat/Lon (Degree), yakni membatasi wilayah yang akan dibuat konturnya dengan cara memasukan koordinat (koordinat geografis)
Dalam artikel ini, wilayah yang akan dibuat konturnya dengan menggunakan pilihan all data visible on screen, yakni dengan membuat draw box pada wilayah yang akan kita buat konturnya dengan interval kontur 25, seperti terlihat pada gambar berikut :


Jika sudah dirasa cukup, maka klik OK. Kemudian klik OK pada contour generation options, maka Global Mapper akan meng generate kontur pada wilayah yang dipilih dengan interval kontur yang telah anda masukan pada ketelitian kontur yang telah ditentukan. Jika sudah selesai, maka hasilnya adalah :


4. Export Data
tahap terakhir pembuatan peta kontur di Global Mapper adalah export data kontur yang telah dibuat ke dalam berbagai format yang kita perlukan, yakni : File - Export. Jika anda akan mengubah kontur tersebut kedalam format dwg, shapefile (shp), MapInfo atau pun KML/KMZ maka anda pilih Export Vector Format kemudian anda pilih format file yang anda butuhkan. Dalam artikel ini, data kontur tersebut akan dirubah kedalam format shapefile (shp), jika format data sudah terpilih, maka akan muncul :


Klik Export Line lalu pilih tempat penyimapanan file tersebut dan klik OK. Jika sudah tersimpan, maka file shp tersebut adalah :


Kelemahan data kontur dengan Global Mapper ini adalah data atribut ketinggian tempat nya memiliki format text, sehingga cukup sulit dilakukan analisis, seperti pembuatan peta topografi maupun peta kemiringan lereng.

PEMBUATAN PETA KONTUR DENGAN MENGGUNAKAN ARCGIS
Selain dengan menggunakan GlobalMapper, generate garis kontur dari DEM juga bisa dilakukan di ArcGIS, dengan tahapan :
1. Buka software ArcGIS
2. Buka Arctool Box pilih Raster Surface - Contur. Input raster isikan data DEM yang akan digunakan, output pilih tempat penyimpanan, contour interval diisikan nilai interval kontur yang anda butuhkan.  Base contour dan z factor dibiarkan saja seperti apa adanya. Jika sudah selesai, kemudian klik OK. Maka hasil nya adalah : 



Data atribut ketinggian tempat yang ada di dalam file shp tersebut adalah dalam format angka, sehingga bisa digunakan untuk analisis seperti pembuatan peta kemiringan lereng maupun peta topografi. #Solehudin

Hatur Nuhun
Email : Solehudinsatu@gmail.com


Saturday 28 January 2017

MEMBUAT PETA ISOHIET SECARA MANUAL

Sebelum menguraikan tatacara pembuatan peta isohiet secata manual, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan secara singkat konsep isohiet serta kegunaan peta isohiet.

Isohiet merupakan satu diantara tiga metode yang paling umum digunakan untuk menganalisis hujan wilayah dalam satu daerah aliran sungai (DAS) maupun wilayah sungai (WS). Hujan wilayah adalah besaran rata-rata curah hujan pada seluruh wilayah DAS, apabila pada DAS yang bersangkutan terdapat lebih dari satu stasiun hujan, hujan wilayah sendiri digunakan sebagai parameter utama untuk menghitung prakiraan ketersediaan air pada suatu DAS.

Selain metode isohiet, analisis hujan wilayah juga bisa dilakukan dengan metode rerata aritmatika dan poligon thiessen, tetapi diantara ketiga metode tersebut, metode garis isohiet memiliki akurasi paling baik. Sebagai catatan, pembuatan peta isohiet bisa dilakukan apabila pada wilayah yang dimaksud memiliki tiga atau lebih stasiun hujan.

PEMBUATAN PETA ISOHIET SECARA MANUAL

Pembuatan secara manual adalah pembuatan peta isohiet hanya dengan mengandalkan alat tulis standar tanpa menggunakan software apapun. Apabila anda akan membuat peta isohiet secara manual, alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :
  • Peta DAS atau WS yang akan dibuat isohiet nya (Harus sudah di print)
  • Data stasiun hujan yang meliputi koordinat dan besaran curah hujan, bisa curah hujan tahunan, bulanan ataupun harian
  • Alat tulis seperti pensil, balpoint, penghapus maupun alat tulis lainnya yang sekiranya anda perlukan
  • Mistar/penggaris dengan panjang mistar tergantung besaran ukuran kertas yang digunakan. Jika hanya menggunakan kertas A4 atau A3 sebagai media gambar nya, maka cukup dengan menggunakan mistar 30 cm, tapi jika ukuran kertas nya A1 atau A0 maka bisa menggunakan mistar yang memiliki ukuran lebih panjang seperti 50 cm, 100 cm atau lebih
Tahapan pembuatan peta isohiet secara manual adalah :

1. Ploting Stasiun Hujan Pada Peta DAS atau WS
Daftar stasiun hujan yang sudah tersedia, letak nya harus di ploting  pada peta DAS atau WS yang akan dibuat peta isohietnya, tampilkan juga nama stasiun serta angka curah hujannya. 

Pada panduan ini, penulis akan membuat peta isohiet pada DAS dengan menggunakan data 4 stasiun hujan, yakni stasiun A, B, C dan D. Jika lokasi stasiun hujan sudah di ploting maka akan terlihat seperti berikut.


2. Menghubungkan Setiap Stasiun dengan Garis Khayal
Setiap stasiun hujan harus dihubungkan oleh garis khayal sebagai garis bantu untuk melakukan penentuan titik isohiet pada tahap berikutnya. Pastikan antar stasiun sudah dihubungkan oleh garis khayal, jika ada yang terlewat maka pada saat penarikan garis isohiet akan ada salah satu garis yang tidak bisa dihubungkan secara sempurna.

Setelah ditarik garis antar stasiun, biasanya akan membentuk segitiga dan penarikan garis khayal tersebut tergantung keinginan anda yang penting jangan ada garis yang bersilangan. Jika penarikan garis antar stasiun sudah selesai maka akan seperti berikut.


3. Penentuan Titik Isohiet Pada Garis Khayal
Tahap yang paling rumit dalam pembuatan peta isohiet secara manual adalah menentukan titik isohiet pada semua garis khayal yang menghubungkan tiap stasiun. Pertama-tama anda harus menentukan interval garis isohiet yang akan dibuat, semakin besar interval nya, maka proses interpolasi akan semakin cepat tetapi tingkat akurasi hujan wilayah nya akan semakin kecil, sebaliknya jika interval nya semakin kecil, maka proses interpolasi nya akan semakin lama, tetapi akurasi hujan wilayah nya akan semakin tinggi.

Dalam artikel ini penulis akan membuat peta isohiet dengan interval setiap 500 mm. Artinya curah hujan yang harus dicari titik isohiet nya hanya untuk curah hujan setiap kelipatan 500, seperti 500, 1000, 1500, 2000, dst. adapun jumlah garis khayal yang harus dilakukan interpolasi adalah sebanyak 5 buah garis khayal, perhatikan gambar berikut.



Sebagai contoh, penulis akan menentukan titik isohiet pada garis khayal 1 yang menghubungkan stasiun hujan A dan B. Cara menentukan titik isohiet pada semua garis khayal pada prinsipnya adalah sama hanya input angka nya saja yang berbeda.

Menentukan titik isohiet tersebut dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :
Keterangan :
N = Titik isohiet yang dicari
Xn = Jumlah curah hujan yang dicari titik isohiet nya
Xo = Jumlah curah hujan terkecil diantara stasiun A dan B
ΔX = Perbedaan curah hujan antara stasiun A dan B
a = Jarak stasiun A ke B di peta (mm/cm)

Perhatikan contoh penentuan titik isohiet berikut !
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa :
Xo = 1567 (Stasiun A)
ΔX = 2987 - 1567 = 1420
a = 8,5 (Diukur manual pada kertas peta menggunakan penggaris)
Mengingat jumlah curah hujan terendah adalah 1567 dan tertinggi adalah 2987, maka titik isohiet yang harus dicari adalah kelipatan 500 diantara 1567 s.d. 2987 yaitu 2000 dan 2500. Pertama yang akan dicari adalah titik 2000 sehingga Xn = 2000

Maka hasil hitungannya adalah sebagai berikut :
N = ((2000-1567)/1420) * 8,5
N = (433/1420) * 8,5
N = 0,305 * 8,5 = 2,59
Artinya, tiitik isohiet 2000 harus ditarik sejauh 2,59 cm dari titik stasiun A, sehingga hasilnya adalah sebagai berikut :
Setelah isohiet 2000 sudah diketahui titik nya, kita lanjutkan dengan mencari titik 2500, cara perhitungannya sama seperti sebelumnya, yakni :
N = ((2500-1567)/1420) * 8,5
N = (933/1420) * 8,5
N = 0,657 * 8,5 = 5,58 cm
Artinya, tiitik isohiet 2500 harus ditarik sejauh 5,58 cm dari titik stasiun A, sehingga hasilnya adalah sebagai berikut :
Lanjutkan perhitungan tersebut hingga semua titik isohiet dari semua garis diperoleh. Apabila semua titik isohiet sudah selesai dihitung, maka hasil nya sebagai berikut :




4. Penarikan Garis Isohiet
Apabila penentuan titik isohiet pada garis khayal telah selesai seluruhnya, maka tahap terakhir adalah penarikan garis isohiet. Tahap ini adalah yang paling mudah, tetapi membutuhkan kehati-hatian. Tidak ada aturan yang mutlak dalam penarikan garis, tapi pada prinsipnya adalah menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai sama dengan sebuah garis yang disebut garis isohiet. Hasil nya adalah seperti berikut : 

Thursday 26 January 2017

DATA CUACA GLOBAL WEATHER



Global Weather merupakan sebuah proyek yang digagas oleh Texas A&M University (TAMU). Data Global Weather ini awalnya digunakan sebagai input untuk program ArcSWAT (Soil Water Asessement Tool) yang merupakan salah satu extensions ArcGIS yang dikembangkan oleh Dr. Jeff Arnold pada dekade 1990-an untuk pengembangan Agricultural Research Service (ARS) dari USDA (United States Departement of Agriculture) untuk melakukan prediksi dampak manajemen lahan pertanian terhadap air, sedimentasi dan bahan kimia suatu DAS dengan mempertimbangkan faktor tanah, tata guna lahan dan manajemen DAS.

Sumber data Global Weather berasal dari Climate Forecast System Reanalysis (CFSR) yang dikembangkan oleh NOAA dalam proyek National Centers for Environmental Prediction (NCEP). NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) adalah lembaga tinggi Amerika Serikat yang didirikan pada 03 Oktober 1970 yang berfokus pada pengembangan dan penelitian sains atmosfer serta laut.

Data CFSR menyajikan data curah hujan dan iklim harian di seluruh belahan bumi selama 36 tahun sejak 1979 s.d. 2014 dan masih terus berlanjut hingga saat ini. Data nya memiliki resolusi tinggi dan berbasis model gabungan antara atmosfer, laut, permukaan tanah, dan es laut, dengan data primer berasal dari pengindraan jauh (satelit) dan dikalibrasi dengan data aktual di lapangan.

Letak stasiun Global Weather bersifat grid dengan jarak antar stasiun ± 34.75 km atau setiap jarak ±  0.313 derajat. Mengingat data yang disajikan dalam Global Weather ini cukup lengkap, letak stasiun yang rapat dan diterbitkan oleh lembaga yang kredibel, maka data Global Weather cukup representatif digunakan pada wilayah yang tidak memiliki stasiun pengamatan cuaca, maupun pada wilayah yang data cuaca nya tidak lengkap dan validitas data nya diragukan. Dalam analisis hidrologi, data Global Weather ini bisa digunakan untuk menghitung Evapotranspirasi (Semua Metode), pendugaan debit andalan, perhitungan debit banjir dan lain-lain.

Link pengunduhan data Global Weather : https://globalweather.tamu.edu/
Tampilan awal situs ini adalah sebagai berikut:


Tahapan dan tata cara pengunduhan data Global Weather bisa dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut :

Pemilihan Area (Bounding Box)
Setelah laman tersebut terbuka, tahap pertama yang harus dilakukan adalah pemilihan area (Bounding Box) wilayah yang kita perlukan data cuaca nya. Sebagai informasi, bahwa Kursor pada peta berfungsi sebagaimana peta google maps, yakni: klik kiri+geser untuk panning (menggeser peta), scroll depan untuk zoom in, dan scroll belakang untuk zoom out, begitu pula dengan tampilannya sama halnya seperti di google maps bisa tampilan biasa, terrain maupun citra satelit, tetapi tampilan tersebut tidak akan berpengaruh terhadap data Global Weather.

Pemilihan area bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
Cara pertama adalah dengan klik di salah satu sudut (kiri maupun kanan) ada peta kemudian tarik sesuai dengan luasan wilayah yang diperlukan Catatan : Supaya pemilihan area bisa dilakukan dengan cara ini, klik dulu tanda Draw a Rectangle yang terdapat di bagian atas peta).

Cara kedua adalah dengan memasukan koordinat secara manual. Klik tulisan Advanced : Enter Your Coordinates Manually yang terdapat pada bagian bawah peta untuk memunculkan kolom koordinat yang akan kita masukan angka nya seperti gambar berikut :




Pada kolom tersebut tersedia kolom North Latitude, South Latitude, East Longitude dan West Longitude dan silahkan masukan angka koordinat (desimal) wilayah yang kita butuhkan. Jika koordinat nya sudah dimasukan klik Show On Map untuk menampilkan di peta.

Jika pemilihan area sudah selesai (baik cara pertama maupun kedua) maka akan diketahui berapa banyak stasiun yang ada di dalam area tersebut, sebagaimana terlihat pada gambar berikut.


Semakin luas area yang dipilih maka stasiun nya akan semakin banyak dan data yang diunduh nya akan semakin besar. Tetapi, perlu diketahui bahwa maksimal bounding box adalah 10°×10°, jika lebih dari itu maka permintaan tidak dapat diproses. Bagi pengunduhan pada wilayah yang luas (> 10°×10°), maka pengunduhan data bisa dilakukan beberapa kali. Selain itu GlobalWeather tidak membatasi multiple download, asalkan tidak lebih dari 3 download per alamat email dan maksimum 10 download dalam satu bulan. Hal ini bisa disiasati dengan menggunakan beberapa alamat email yang berbeda.

Pemilihan Rentang Waktu
Tahap berikutnya adalah pemilihan rentang waktu data cuaca yang diperlukan. Scroll laman tersebut ke bawah dan dibagian bawah peta terdapat kotak berikut.


Start date maksimal diisikan tanggal 01 Januari 1979 dan End Date maksimal diiskan 31 Juli 2014. Tanggal awal dan akhir data bisa diisikan sesuai kebutuhan data, tetapi semakin lama rentang waktu yang dimasukan maka data yang diunduh akan semakin besar.

Pemilihan Jenis Data
Pada bagian bawah kotak Define your time period for collecting data terdapat list data yang disediakan oleh global weather. Gambaran visual tipe data yang disajikan dalam laman Global Weather adalah sebagai berikut :


Pada pilihan tersebut terdapat 5 jenis data cuaca yang disediakan, yakni :
  • Temperatur/suhu  dalam satuan ˚C
  • Presipitasi/curah hujan dalam satuan mm
  • Kecepatan angin dalam satuan m/s
  • Kelembaban relatif dalam satuan %
  • Penyinaran matahari dalam satuan MJ/m2
Apabila anda membutuhkan semua data tersebut maka centang seluruh kolom, tetapi jika hanya salah satu yang dibutuhkan maka cukup centang pada kolom yang data nya anda butuhkan.

Metode Pengiriman
Pada bagian metode pengiriman anda akan diminta mengisikan alamat email yang akan dikirimkan data Global Weather. Meskipun sebenarnya setelah data selesai dikompilasi oleh Global Weather, anda dapat langsung mengunduh data tersebut, namun by default Global Weather akan mengirimkan data ke alamat email. Hal ini juga bermanfaat apabila server Global Weather sedang padat sehingga anda harus menunggu pemrosesan data hingga waktu yang yang cukup lama.

Tipe file yang akan dikirimkan Global Weather terdiri dari 2 jenis tipe file, yakni Generate SWAT Files dan Generate CSV Files, sebagaimana terlihat pada gambar berikut.


Apabila anda membutuhkan kedua jenis file tersebut, maka berikan centang pada semua kolom, tetapi jika anda hanya membutuhkan salah satunya, maka centang pada tipe file yang anda perlukan.

Bagi anda yang membutuhkan data cuaca yang bisa dibuka dan diolah oleh Microsoft Excel maka tipe file yang anda harus pilih adalah Generate CSV Files. Adapun tipe Generate SWAT Files biasanya digunakan untuk membuat model SWAT. Jika sudah selesai lalu klik Submit Request, maka data cuaca yang anda perlukan akan diproses oleh Global Weather seperti berikut.


Tunggu beberapa saat hingga proses nya selesai!. Semakin banyak jenis data, semakin lama rentang waktu data dan semakin luas pemilihan area yang kita lakukan, maka waktu pemrosesan akan semakin lama.

Jika pemrosesan selesai maka akan ada konfirmasi bahwa data yang anda butuhkan sudah tersedia seperti gambar berikut.


Klik Download your Request Data, maka file Global Weather pun akan otomatis di download dan akan dikirim juga ke alamat email yang anda masukan sebelumnya.

File hasil download dari Global Weather adalah dalam bentuk zip, sehingga anda perlu mengekstrak terlebih dahulu. Jika sudah di ekstrak maka hasil nya akan seperti berikut.


File-file tersebut adalah data cuaca dari masing-masing stasiun yang ada di dalam wilayah yang anda pilih sebelumnya. Angka yang tertulis dalam file setelah tulisan weatherdata adalah letak koordinat, dimana 2 angka pertama menggambarkan latitude dan 4 angka terakhir menggambarkan longitude. misalkan : weatherdata - 611072 artinya stasiun tersebut terletak pada 6.1° (6.1° S) dan 107.2° (107.2°E).

Isi dari data tersebut adalah sebagai berikut :
  • Date merupakan tanggal pencatatan data
  • Longitude merpakan letak meridian (koordinat geografis)
  • Latitude merupakan letak lintang (koordinat geografis)
  • Elevation merupakan ketinggian tempat stasiun
  • Max dan min temperatur adalah suhu maksimum dan minimum dalam satuan °C 
  • Precipitation adalah curah hujan dalam satuan mm
  • Wind adalah kecepatan angin dalam satuan m/s
  • Relative Humidity adalah kelembaban relatif dalam satuan %
  • Solar adalah penyinaran matahari dalam satuan MJ/m2
Semua data cuaca yang disajikan tersebut merupakan data harian dan semua stasiun yang dimaksud adalah stasiun artifisial yang di ploting oleh satelit, bukan stasiun rill yang ada di lapangan.


Pengaturan Regional Seting
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa data hasil download dari Global Weather otomatis bisa dibuka oleh microsoft excel, dengan syarat regional setting yang digunakan di komputer/laptop anda menggunakan period titik (.) sebagai pemisah desimal, bukan koma (,) karena koma digunakan sebagai pemisah data pada file CSV. Sehingga apabila komputer/laptop anda menggunakan period koma (,) sebagai pemisah desimal di excel, maka seluruh data dalam file CSV yang anda download akan direpresentasikan dalam satu kolom excel, sehingga cukup sulit untuk dilakukan analisis maupun merapihkan data. Maka dari itu, regional setting pada kompueter/laptop anda perlu disesuaikan terlebih dahulu.

Pengaturan regional setting bisa dilakukan dengan masuk ke Control Panel dan pilih Region change date, time or number format, maka kemudian akan ditampilkan pengaturan region seperti berikut.


Pada bagian format pilih English (United Kingdom), kemudian klik Additional settings, makan akan muncul pengaturan seperti berikut.


Pada kolom decimal symbol pilih period koma (,) dan pada kolom Digit gruping symbol pilih period titi (.), dan jika sudah selesai semua kemudian klik OK. Maka regional setting komputer/laptop anda telah selesai disesuaikan dengan data CSV Global Weather.

Semoga tulisan ini memberikan gambaran mengenai data satelit cuaca Global Weather dan bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkannya. #Solehudin

Hatur Nuhun
Email : Solehudinsatu@gmail.com

Referensi Artikel :

  • https://theinsinyursipil.wordpress.com/2015/01/09/panduan-globalweather-part-1/
  • https://theinsinyursipil.wordpress.com/2015/01/11/panduan-globalweather-part-2/
  • https://globalweather.tamu.edu/         https://id.wikipedia.org/wiki/National_Oceanic_and_Atmospheric_Administration
  • Naskah Publikasi yang berjudul : Model Soil Water Assesment Tool (SWAT) untuk Prediksi Laju Erosi dan Sedimentasi di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri oleh Prima Nugroho Prodi Geografi, Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.









Wednesday 25 January 2017

PERMEN PUPR NO. 04 PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN WILAYAH SUNGAI

Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan wilayah sungai merupakan kebijakan yang diterbitkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat M. Basuki Hadimuljono kala itu, dengan substansi isi yang membagi habis seluruh wilayah daratan Indonesia kedalam DAS-DAS yang kemudian dikelompokan menjadi WS (Wilayah Sungai).

Peraturan menteri ini digunakan oleh seluruh stakholder di lingkungan kementerian PUPR khususnya Dirjen SDA sebagai referensi untuk pembuatan peta DAS dan WS di seluruh Indonesia. Permen ini, khususnya pada isi lampiran yang menyajikan peta-peta DAS seluruh Indonesia, sangat bermanfaat bagi konsultan, mahasiswa, guru maupun dosen sebagai referensi pembagian DAS dan WS.

Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan wilayah sungai terdiri dari delapan (8) lembar isi permen yang berisi seluruh penjelasan kebijakan ini, serta lima (5) lampiran yang berisi nama DAS, nama dan kategori WS, dan luas DAS yang dilengkapi dengan peta-peta DAS dan WS di seluruh wilayah Indonesia.

Isi Permen PUPR ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

Batang Tubuh Peraturan Menteri
Batang tubuh peraturan menteri ini berjumlah 8 lembar yang terdiri dari 14 Pasal. Dalam Pasal 1 dijelaskan sejumlah terminologi terkait sumber data air, seperti definisi air, daya air, pengelolaan sumber data air, wilayah sungai, DAS dan lain-lain.

Poin terpenting dari batang tubuh permen ini adalah penjelasan bahwa WS yang ada di Indonesia dikelompokan menjadi 3 kategori, yakni :
  1. WS Kewenangan Pemerintah Pusat
  2. WS Kewenangan Pemerintah Provinsi
  3. WS Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota
Kriteria dan penjelasan mengenai masing-masing kewenangan WS tersebut dapat dilihat dalam isi Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.



Lampiran I
Lampiran I berisi daftar nama-nama WS sesuai kategori nya dalam bentuk Tabel, seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Contoh Isi Lampiran I

Lampiran II
Lampiran II berisi kodefikasi WS di seluruh pulau, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali - Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua.

Lampiran III
Lampiran ini berisi peta wilayah sungai per pulau, berikut adalah contohnya :
Gambar 2. Peta WS di Pulau Sumatera

Lampiran IV
Lampiran ini berisi peta wilayah sungai per provinsi di seluruh Indonesia, berikut adalah contohnya :
Gambar 3. Peta WS di Provinsi Aceh

Lampiran V
Lampiran V berisi peta-peta WS dan DAS di seluruh Indonesia, berikut adalah salah satu contohnya :
Gambar 4. Peta WS Toba - Asahan di Sumatera Utara

Jadi, bagi Anda yang akan membuat peta-peta DAS besar, misalkan DAS Citarum, DAS Cimanuk, atau pun DAS-DAS besar lainnya, maka disarankan menggunakan Permen ini, mengingat jika harus didigitasi dengan menggunakan kontur membutuhkan waktu yang cukup lama dan cukup rumit. Tetapi bagi DAS-DAS kecil yang tidak terdapat dalam permen ini, maka mau tidak mau anda harus digitasi dengan menggunakan DEM atau pun kontur. #Solehudin

Hatur Nuhun

Email : Solehudinsatu@gmail.com






MEMBUAT HILLSHADE DI ARCGIS 10.2

Hillshade atau Shaded Relief merupakan salah satu metode analisis di ArcGIS yang berfungsi untuk menampilkan format 3D bentuk morfologi suatu wilayah. Hillshade sangat bermanfaat untuk membuat tampilan peta hasil layout supaya lebih menarik.

Data dasar untuk membuat hillshade adalah adalah data DEM (Digital Elevation Model) seperti Citra SRTM, Citra ASTER maupun citra DEM lainnya yang sejenis. Tetapi yang paling umum digunakan adalah adalah SRTM dan ASTER karena ketersedian data nya yang mudah di download secara gratis di internet. Dibandingkan dengan citra SRTM, citra ASTER memiliki resolusi yang lebih tinggi apabila diperbesar, sehingga untuk membuat hillshade pada wilayah yang relatif kecil seperti desa atau kecamatan lebih disarankan dengan menggunakan citra ASTER daripada SRTM, tetapi jika wilayah yang dipetakan cukup luas seperti kabupaten atau provinsi lebih disarankan dengan menggunakan citra SRTM.

Data yang dibutuhkan untuk membuat hillshade adalah :
  • Data DEM seperti SRTM, ASTER atau sejenisnya
  • SHP batas wilayah (Format Region) yang akan kita buat hillshade nya 

Sebagai contoh dalam tulisan ini saya akan membuat Hillshade DAS Mentaya WS Mentaya - Katingan di Kalimantan tengah dengan menggunakan citra SRTM 90 m pada ArcGIS 10.2.



TAHAP 1 :

Jalankan ArcGIS dan buka SHP DAS Mentaya serta citra SRTM di wilayah tersebut.



TAHAP 2 :
Memotong DEM dengan batas DAS mentaya dengan cara : ArcToolbox→Spatial Analyst Tools→Extraction→Extract By Mask.


Catatan : SHP untuk memotong DEM harus sudah dalam kondisi editing, jika tidak dalam kondisi editing biasanya proses gagal.


Input raster diisi SRTM yang akan dipotong
Input raster or feature mask data diisi SHP wilayah yang akan digunakan sebagai pemotong
Output raster bisa dipilih di lokasi penyimpanan sesuai keinginan anda. Tapi saya sarankan penyimpanannya dibiarkan default seperti itu, jika dirubah pada file tertentu yang bukan default kadang proses mengalami kegagalan.

DEM yang telah selesai dipotong akan terlihat seperti berikut :


TAHAP 3 :
Tahap terakhir adalah membuat hillshade nya, dengan cara : ArcToolbox → 3D Analyst Tools → Raster Surface → Hillshade.



Klik 2 kali pada Hillshade, kemudian akan muncul kotak sebagai berikut :

 
Cara Pengisian :
  • Input Raster : Isi DEM yang telah dipotong oleh batas region DAS Mentaya.
  • Output Raster : Bisa disesuaikan dengan keinginan penyimpanan file nya. Saya sarankan penyimpanannya dibiarkan default, karena jika dirubah, kadang-kadang proses gagal.
  • Azimuth : Sudut putar sinar matahari dari arah barat hingga timur, biasanya saya isikan 37
  • Althitude : Sudut ketinggian penyinaran sinar matahari terhadap objek di bumi, biasanya saya isikan 21
Jika semua sudah diisi sesuai dengan contoh gambar di atas, kemudian klik OK. Tunggu beberapa saat, dan jika proses nya sudah selesai, maka Hillshade yang sudah selesai dibuat akan terlihat seperti berikut :



Jika hasil nya sudah terlihat seperti gambar di atas, maka tahapan membuat hillshade telah selesai. Hillshade yang telah dibuat bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan layout peta, supaya tampilan peta yang anda buat terlihat lebih menarik. #Solehudin

Hatur Nuhun

Email : Solehudinsatu@Gmail.com